Tidak Ada Kata Terlambat Untuk Merubah Diri Menjadi Lebih Baik. Rubahlah semenjak keinginan untuk berubah datang pada hati kita semua, jangan ditunda karena jeda waktu itu akan dimanfaatkan setan untuk membisik hati kita agar niat baik kita untuk berubah ditunda (Icam Sutisna)

Sunday, February 13, 2022

Kesiapan anak belajar

KESIAPAN ANAK DALAM BELAJAR

Oleh: Icam Sutisna

 

Orang-orang yang bergelut dalam dunia pendidikan anak usia dini tentu mengetahui bahwa tujuan pendidikana anak usia dini diantaranya yaitu agar anak memiliki kesiapan belajar pada saat anak masuk ke jenjang pendidikan dasar yaitu masuk Sekolah Dasar (SD). Kesiapan anak (child readiness) untuk masuk Sekolah Dasar yaitu usia 7 tahun hal ini seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa usia anak sekolah dasar yaitu usia 7 tahun. Ini artinya pada usia tersebut anak sudah siap secara fisik dan mental untuk belajar secara formal di sekolah dasar. Anak siap untuk mempelajari pelajaran yang ada di sekolah dasar seperti matematika, memabaca maupun bahasa asing. 

Rentang pendidikan anak usia dini  yaitu usia 0 - 6 tahun. Rentang usia ini kadang menimbulkan permasalahan bagi sekolah khususnya Sekolah Dasar. Seperti yang dikemukakan diatas bahwa usia masuk sekolah dasar yaitu usia 7 tahun. Lalu bagaimana jika anak yang telah lulus pendidikan anak usia dini namun usianya belum genap usia 7 tahun atau lebih. Hal ini sering menjadi kegelisahan dari para orang tua maupun guru yang ada di sekolah dasar. Jika anak yang telah lulus pendidikan anak usia dini namun usianya belum genap 7 tahun pada saat mendaftar di sekolah dasar terkadang sering ada penolakan dari sekolah atas dasar usia anak belum mencapai 7 tahun, sebab berdasarkan Undang-undang usia masuk sekolah dasar yaitu usia 7 tahun.

Lalu bagaiamana menghadapi kondisi seperti ini, banyak sekolah yang memiliki inisiatif yang cukup baik untuk keluar dari permasalahan ini yaitu dengan cara melihat kesiapan anak untuk belajar (child readiness). Apabila anak yang usianya belum genap 7 tahun sedangkan sudah menyelesaikan pendidikan anak usia dini dan mendaftar disekolah dasar maka bisa dilihat dari kesiapan anak untuk belajar. Pada dasarnya pendidikan anak usia dini dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yaitu suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Berdasarkan penjelasan ini tegas bahwa tujuan pendidikan anak usia dini membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut yaitu pendidikan dasar. 

Kesiapan anak (child readiness) untuk belajar menjadi pertimbangan bagi sekolah untuk menerima peserta didik yang usianya belum genap tujuh tahun. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2018 tentang penerimaan peserta didik disebutkan bahwa jika peserta didik masih berusia enam tahun atau bahkan dibawah usia tersebut maka diantara pertimbangnya yaitu kesiapan anak secara psikis. Kesiapan psikis diantaranya yaitu ketertarikan anak dalam mengikuti kegiatan belajar.

Bagaimana mengetahui anak memiliki kesiapan untuk belajar secara formal di sekolah dasar. Menurut Elizabeth B.Hurlock (1972: 34) dalam buku Perkembangan Anak (Child Development) ada 3 (tiga) ciri anak memiliki kesiapan untuk belajar akademis pelajaran yang ada di sekolah dasar yaitu

1.      Ketertarikan dalam belajar (Interest in learning). Anak menunjukkan minatnya dengan keinginannya      untuk diajar atau untuk mengajar dirinya sendiri.

2.      Ketertarikan yang berkelanjutan (Sustained interest). Ketika seorang anak siap untuk belajar, minatnya akan tetap ada bahkan ketika ia menghadapi rintangan dan halangan.

3.      Peningkatan (Improvement). Dengan latihan, anak yang siap belajar akan menunjukkan peningkatan walaupun hanya sedikit dan bertahap.

 

 

Sumber :

Elizabeth B. Hurlock. 1972.  Child Development. Mc.Graw-Hill. New York

Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2018         Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-                Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah            Kejuruan, Atau Bentuk Lain Yang Sederajat

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. 

 

Monday, February 7, 2022

TEKNOLOGI PENDIDIKAN

 

IDE TERBENTUKNYA  TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Oleh : Icam Sutisna

 

Secara pasti tidak ada seorang pun yang mengetahui, siapa orang yang pertama mengatakan “teknologi pendidikan”. Paul Saettler (1990) mengakui memiliki kesulitan untuk mengidentifikasi sumber dari istilah teknologi pendidikan. Saettler pada tahun 1920an mendokumentasikan penggunan kata “educational engineering” atau jika diterjemahkan menjadi Teknik pendidikan. Penggunaan istilah teknologi pendidikan dan teknologi pembelajaran ia temukan sekitar akhir 1940an. Saettler tidak mengatakan secara pasti  siapa orang yang kali pertama menggunakan kata “teknologi pendidikan”. Namun menurut David Noble (1977) kata “teknologi” mulai dipopulerkan di Amerika oleh seorang ahli fisika pada tahun 1829 yaitu Jacob Bigelow.

Noble melakukan analisis risalah yang dibuat oleh Bigelow tentang teknologi industry dimana didalamnya terdapat poin-point berikut ini.

1.      Penggunaan teknologi dapat meningkatkan efesiensi untuk mendapatkan keuntungan

2.      Teknologi termasuk didalmnya yaitu penyelidikan ilmiah dan penerapan secara sistematis pengetahuan ilmiah untuk proses produksi komoditas

3.      Teknologi adalah hasil dari "penelitian dan pengembangan" yang dilakukan secara ekstensif

4.      secara langsung dan jelas penerapan ilmu pengetahuan untuk produksi massal produk yang berstandar.

Berdasarkan hasil analisanya, Noble mengajukan pertanyaan terkait dengan hasil analisanya tersebut. Pertanyan yang muncul diantaranya yaitu apakah ada hubungan antara teknologi industry dengan teknologi pendidikan? Mengapa teknologi pendidikan diperlukan? Dan seperti apa program pendidikan berbasis teknologi?. Ada keterkaitan yang kuat antara teknologi industry dan teknologi pendidikan yang muncul pada awal abad 20 (Finn, 1957; Heinich 1984). Secara bahasa dan konseptual teknologi pendidikan meminjam terminology dan gambaran dari teknologi industry. Konsep yang digunakan didalam teknologi industry seperti efesiensi, standarisasi dan produksi diperkenalkan juga pada awal abad 20 dibidang pendidikan. Untuk menunjukan eksistensi keterkaitan dari keduanya ini, maka harus dicari ide-ide yang mempengaruhi dan membentuk pemikiran yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan teknologi pendidikan sebagai suatu bidang studi. Ada tiga ide-ide yang terlihat mempengaruhi terbentuknya teknologi pendidikan yaitu engineering (Teknik), Science (ilmu pengetahuan) dan perkembangan audio visual dalam pendidikan.

1.   Engineering (Teknik).

Menurut Noble, istilah engieenering Digambarkan suatu Tindakan penelitian dan pengembangan dan usaha meletakan teknologi sebagai hasil dari penelitian dan pengembangan kedalam praktek industry. Menurut Saettler (1990) konsep Education engineering kali pertama digunakan oleh Franklin Bobbitt dan W.W. Charters sekitar tahun 1920an, yang menjadi suatu pendekatan dalam pengembangan kurikulum. Pendekatan ini belum diterapkan dalam pengembangan kurikulum pendidikan, karena system pendidikan di Amerika telah menerapkan prinsip-prinsip manajemen saitifik dalam proses pendidikan sebelum pendekatan education engineering diterapakan di Amerika. James Munroe (1912) menggunakan anlogi industry untuk menjalankan operasional sekolah. Berikut ini prinsip sekolah yang mengadopsi manajemen saintifik yang ada di industry yaitu :

1.      Anak merupakan material mental dalam urusan pendidikan

2.      gedung dan fasilitas lain untuk mengajar, yang membentuk pabrik

3.      dewan sekolah dan staf pengajar, yang sesuai dengan direktorat dan angkatan kerja

4.      sarana dan metode pengajaran dan pengembangan

5.      tuntutan masyarakat pada umumnya dan industri pada khususnya terhadap anak laki-laki dan perempuan, hal ini sesuai dengan masalah pasar

6.      pertanyaan tentang biaya, yang hampir murni masalah bisnis.

Menurut Munroe setiap permasalahan yang muncul dalam bidang pendidikan dapat dipandang juga sebagai suatu masalah yang biasanya muncul pada produksi industry. Education engineering dengan menggunakan prinsip manajemen saintifik (scientific management) dalam pengelolan sekolah yang merupakan adopsi penerapan nilai-nilai manajemen yang ada di industry. Tujuan penerapan manajemen dalam suatu produksi di dalam industry yaitu efesiensi sehingga dapat memberikan keuntungan secara materi (profit). Hal serupa juga dalam penerapan prinsip manajemen saintifik yang ada disekolah yang merupakan penerapan nilai-nilai manajemen yang ada di industry maka tujuan pendidikan yaitu menghasilkan kekayaan (wealth).

2.      Ilmu Pengetahuan (science)

Factor kedua yang mepengaruhi munculnya teknologi pendidikan yaitu penggunaan sains dalam pendidikan. Menurut Herbert M. Kliebard (1987) menyebutkan ada tiga pandangan terkait sains dalam pendidikan diawal abad 20, yaitu pertama mengidentifikasi dan mempelajari perkembangan anak. Tokoh yang memiliki pandangan ini yaitu G. Stanley Hall, menurutnya bahwa guru harus mempelajari anak langsung dilingkungan dimana anak berada (natural environment), kumpulkan dan analisis data anak-anak tersebut dan kemudian tentukan aktivitas-aktivitas pendidikan mereka berdasarkan data tersebut. ini artinya kegiatan pembelajaran anak berdasarkan kebutuhan anak yang ditemukan dari hasil Analisa data berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh guru. Kedua John Dewey penyelidikan secara ilmiah (scientific inquiry) sebagai model berpikir reflektif. Dewey tertarik penggunaan kata sains (science) sebagai model untuk mengajarkan keterampilan berpikir kepada siswa. Penggunan basis sains dalam pelaksanan pembelajaran  bisa digunakan sains sebagai metode pembelajaran maupun sains sebagai materi pelajaran yang diajarkan. Ketiga sains dapat melakukan pengukuran secara presisi dan juga memiliki standar yang tepat. Misalnya dalam hal melakukan prediksi dan control hasil belajar, sains memiliki peran dalam kegiatan tersebut.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas Finn (1960) memformulasikan bidang teknologi pendidikan berdasarkan tujuan sains dalam pendidikan yaitu prediksi, control dan standarisasi.

3.      Audiovisual dalam pendidikan (audiovisual education)

Factor ketiga yang berpengaruh terhadap teknologi pendidikan yaitu audiovisual. Konsep audiovisual dalam pendidikan tidak di interprestasikan secara luas seperti halnya engineering dan sains (science). Menuruut Finn (1960) Konsep awal audiovisual dalam pendidikan yaitu terkait dengan perangkat keras (hardware) dan peralatan (equipment). Kemudian audiovisual dalam pendidikan berkembang menjadi konsep audiovisual communication, inilah yang menjadi definisi atau terminology teknologi pendidikan yang dibuat oleh Departemen pembelajaran audiovisual (Departement of audiovisual instruction/DIVA) yang kemudian berkembang menjadi asosiation educational communication and technology (AECT). Menurut Donal Ely (1963) bahwa audiovisual menjadi teknologi pertama dalam pendidikan. Audiovisual yang awalnya hanya sebagai alat atau perangkat keras untuk membantu pengajaran beralih orientasinya menjadi audiovisual menjadi sebuah Teknik yang digunakan untuk memperbaiki pembelajaran (Mcbeath, 1972). Menurut Saettler (1990) ada dua orang yang berperan penting dalam perubahan orientasi ini yaitu Charles F. Hoban, Jr. dan Edgar Dale.

Bantuan visual seperti gambar, model, objek atau alat-alat lain yang menciptakan pengalaman visual yang konkret pada siswa memiliki tujuan yaitu :

1.      mengenalkan, membangun, memperkaya, atau memperjelas objek yang abstrak.

2.      Mengembangkan sikap keinginan

3.      Menstimulasi aktivitas pembelajar

 

Sumber :

Alan Januszewski. (2001). Educational Technology The Development of a Concept. Englewood: Libraries Unlimited, Inc.

 

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBACA

 


PAUD Merdeka Belajar