Tidak Ada Kata Terlambat Untuk Merubah Diri Menjadi Lebih Baik. Rubahlah semenjak keinginan untuk berubah datang pada hati kita semua, jangan ditunda karena jeda waktu itu akan dimanfaatkan setan untuk membisik hati kita agar niat baik kita untuk berubah ditunda (Icam Sutisna)

Tuesday, April 30, 2024

Gerakan Mata dan Aktivitas Berpikir

 Gerakan Mata dan Aktivitas Berpikir


Kadang mungkin kita tidak sadari bahwa pada saat sedang berpikir ternyata ada perubahan gerak pada mata. Perubahan posisi gerak bola mata ternyata memberikan dampak pada beragam aktivitas berpikir manusia atau bisa jadi sebaliknya aktivitas otak berdampak pada perubahan gerak bola mata. Berdasarkan uji coba yang penulis lakukan ternyata posisi bola mata dapat membantu dalam recall memory yang ada didalam otak. Berikut ini beberapa posisi bola mata yang bisa dicoba untuk membantu recall ingatan yang tersimpan dalam otak.

1. Berpikir visual mengenai gambar yang tersimpan dalam otak.

Melihat ke arah kiri atas membuat orang mampu mengakses gambar-gambar yang tersimpan (ingatan visual). Mungkin bisa dicoba dengan mengjukan  pertanyaan "gambarkan tentang ruang tidur anda".

2. Berpikir visual menciptakan gambaran baru.
Melihat ke arah kanan atas adalah dimana mata anda biasanya sedang berusaha menciptakan gamabran baru. Mungkin bisa dicoba  dengan mengajukan pertanyaan "apa yang dapat anda lakukan untuk menata ruang tidur anda?".

3. Berpikir auditori dan mengingat suara.

Bola mata akan mengarah ke kiri untuk mengakses suara yang tersimpan (apa yang pernah dikatakan atau didengar). Mungkin bisa dicoba dengan mengajukan pertanyaan "bagaimana ibu anda memanggil nama anda jika belau sedang marah pada anda?".

4. Berpikir auditori dan menciptakan suara baru.


Bola mata mengarah ke kanan untuk mengakses suara-suara baru.  Mungkin bisa dengan mengajukan pertanyaan "bagaimana suara seekor anjing jika dia punya suara seperti kucing?".

5. Dialog internal (berbicara dengan diri anda sendiri)



Yang paling sering terjadi adalah bola mata bergerak ke arah kiri bawah. Mungkin anda bisa memperhatikan mata orang lain ketika dia sedang berjalan di jalan sendirian.

6. Perasaan yang pernah dialami
Bola mata mengarah kekanan bawah. Cobalah tanyakan kepada teman anda, tentang sesuatu yang  anda tahu, terman anda tersebut memiliki perasaan yang kuat terhadapnya.

7. Respon otomatis
Bola mata melihat lurus ke depan ketika tak ada yang perlu dipikirkan, sama dengan ketika mengemukakan sebuah respon otomatis. Misalnya ketika anda ditanya "Bagaimana kabar anda?". kita akan menjawab secara spontan "baik, terima kasih" atau bisa jadi jawaban lainnya yang tidak memerlukan pencarian informasi kedalam otak untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Referensi:
Eric Jensen. 2007. Brain Based Learning (Pembelajaran Berbasis Kemampuan Otak, Cara Baru dalam Pengajaran dan Pelatihan). Yogyakarta: Pustaka Belajar.









Saturday, April 20, 2024

Teori Attachment (Attachment Theory)

MENGENAL PERKEMBANGAN ANAK
Perspektif Teori Attachment (Attachment Theory)


Pada awal perkembangan anak, peran orang tua sangat besar untuk membantu anak agar dapat tumbuh dan berkembangan secara baik. Anak dilahirkan dalam keadaan yang tidak berdaya, gerak dan tangisan menjadi kemampuan yang diandalkan anak untuk memndapatkan perhatian orang-orang yang ada disekitarnya supaya membantunya. Sentuhan orang-orang ada disekitar yang membantu persalinan menjadi indra pertama yang dirasakan anak pada saat lahir kedunia. Anak merasakan kehadiran orang lain dari adanya sentuhan yang dapat membantunya dari keterasingan, Sentuhan-sentuhan itulah yang menciptakan rasa aman baginya. Seiring bertambahnya usia dan berfungsinya semua indera-indera yang dimilikinya maka akan memperkuat keyakinan bahwa orang-orang yang menyentuhnya, yang dilihatnya, yang terdengar suaranya merupakan orang-orang yang selama ini telah memberikan kenyamanan bagi dirinya, sehingga pengalaman yang menimbulkan kesadara itu menjadi titik awal berkembangnya semua aspek perkembangan yang ada pada dirinya.

Orang tua menjadi orang pertama yang sering dilihatnya, sering menyentuhnya dan sering terdengar suraraya. Setiap kali dia merasa tidak nyaman kemudian menangis maka akan ada orang yang menyentuhnya, kemudian dia merasa nyaman kembali. Aktivtitas seperti ini terus dilakukan diawal masa perkembangan anak sehingga menciptakan suatu kelekatan (attachment) antara orang-orang yang sering menyentuhnya.

kelekatan orang tua dengan anak menjadi pondasi bagi anak untuk mengembangkan semua aspek perkembangan. Masa perkembangan awal anak menjadi hal yang sangat krusial dalam menentukan tahap perkembangan berikutnya. Begitu pentingnya kelekatan (attachment) bagi perkembangan anak, sehingga hal ini menjadi perhatian John Bowlby dalam teori attachment (attachment theory). Attachment Theory is in essence a spatial theory: when I am close to my loved one I feel good, when I am far away I am anxious, sad or lonely. Jika diterjemahkan kurang lebih seperti ini "Teori Keterikatan pada dasarnya adalah teori spasial: ketika saya dekat kepada kekasihku aku merasa baik, ketika aku jauh aku cemas, sedih atau kesepian". Kelekatan yang terbangun antara orang tua dan anak dari sejak lahir bahkan masih didalam kandungan akan menciptakan perasaan tenang, tidak sedih dan tidak kesepian. Hal sebaliknya jika kelekatan yang membangun kenyamanan anak tidak terbangun sejak dini bisa muncul perasaan tidak tenang, perasaan tidak aman, dan cemas. 


Edward John Mostyn Bowlby atau lebih dikenal dengan John Bowlby lahir pada tanggal 26 February 1907 di London, Inggris. John Bowlby mengembangkan teori attachment (attachment theory) yang sampai sekarang masih banyak digunakan untuk menjelaskan maupun membantu untuk menentukan langkah-langkah dalam mengembangkan kelekatan anak dengan orang tua.
Menurut teori attachment, anak yang terpisah dengan ibunya dalam jangka waktu yang lama pada masa awal kehidupannya gagal mengembangkan kelekatan yang aman (secure attachment). Akibatnya, dalam kehidupan selanjutnya, anak tidak memiliki model kerja internal dari hubungan yang dapat dipercaya dan menimbulkan rasa aman. Rasa tidak percaya ini kemudian diproyeksikan dalam kehidupan sehari-hari. hal ini membuat anak selalu curiga dengan orang lain dan tidak merasa aman dengan kehadiran orang lain. Anak kemudian tidak mampy mengungkapkan perilaku kasih sayang, sehingga cenderung lebih mengungkapkan kebencian dan tindakan agresifnya pada orang lain (Carr, 2001).

kegagalan kelekatan (attachment) orang tua dan anak bisa juga dikarenakan  orang tua kurang memapu memahami perasaan anak (lack of emphty). Kurang atau tidak mau mendengarkan pendapat anak serta tidak peka terhadap prestasi anak. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan anak menjadi individu yang mengembangkan kebutuhan untuk selalu diperhatikan secara tidak sehat oleh orang tua dan orang-orang lain disekitarnya.

Ada beberapa kemungkinan yang terjadi dalam kelekatan (attachment) antara lain:

1. Secure attachment relations
    Secure attachment relations ini ditandai dengan adanya kepercayaan timbal baik antara anak dan obyek perlekatannya. tipe perlekatan yang aman inilah yang mampu membentuk kepercayaan diri serta membangun rasa cinta tanpa syarat yang sangat bermanfaat dalam kehidupan selanjutnya. Mereka tetap merasa aman dan nyaman meskipun pada saat ditinggal atau berpisah dalam waktu tertentu. Mereka menyakini bahwa obyek perlekatan pasti akan kembali bertemu dengannya.

2. Avoidant Attachment relations
    Tipe perlekatan avoidant diatndai dengan munculnya perasaan tertekan dan tidak nyaman pada anak bila berdekatan dengan obyek perlekatannya. sejatinya anak tidak mengharapkan obyek berada di dekatnya. Ia justru merasa lebih nyaman bila jauh dari obyek, dan ia selalu berusaha agar menjaga jarak dengan obyek perlekatannya.
Kebanyakan relasi perlekatan ini terbentuk karena kehadiran obyek lebih sering menimbulkan pesaraan tidak aman bagi anak, bisa jadi karena obyek disatu pihak harus melakukannya, dilain pihak sejatinya obyek tidak menginginkan kehadiran anak. Disatu saat anak ingin menjauh dari obyek, tetapi disaat yang bersamaan ia harus mendekat (melekat) karena ada konsekuensi tertentu bila anak tidak mau mendekat obyek.

3. Abibalent attachment relations
    Tipe perlekatan  ambivalen atau anxious ini ditandai dengan dorongan untuk meleburkan diri dengan obyek. Obyek bersikap dan berperilaku tertentu yang dapat menyebabkan anak menjadi sedemikian tergantung padanya. Bisa jadi, obyek perlekatan mengkondisi anak menjadi sedemikian aman dan nyaman bila bersama obyek dan menjadi sangat tidak nyaman bila obyek tidak hadir. anak menjadi merasa tidak sanggup berdiri sendiri tanpa adanya obyek dan sangat patuh pada obyek. anak memiliki kecemasan tinggi bila akan ditinggalkan. Ia dihantui ketakutan akan diabaikan dan selalu khawatir obyek tidak mencinatinya lagi.

Referensi:
Jeremy Holmes. 2001. John Bowlby and Attachment Theory. London and New York.
George Prasetya Tembong. 2006. Elex Media Komputindo.
Psikologi Abnormal. 2021. Psikologi Abnormal: Dasar-Dasar, Teori dan Aplikasinya. UAD Press


Klik digambar untuk membacanya

PAUD Merdeka Belajar