Tidak Ada Kata Terlambat Untuk Merubah Diri Menjadi Lebih Baik. Rubahlah semenjak keinginan untuk berubah datang pada hati kita semua, jangan ditunda karena jeda waktu itu akan dimanfaatkan setan untuk membisik hati kita agar niat baik kita untuk berubah ditunda (Icam Sutisna)

Monday, July 27, 2020

pendidikan sebagai suatu Ilmu

Pendidikan sebagai suatu ilmu
by. Icam Sutisna


1.    Apakah pendidikan merupakan suatu ilmu atau bukan? Untuk menjawabnya saya mulai dari  kriteria ilmu artinya ada kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu objek atau kajian agar dikategorikan suatu ilmu. Secara singkat ilmu dapat diperoleh melalui tahapan yang jelas atau biasa disebut dengan metode ilmiah. Setiap tahap yang ada pada metode ilmiah tersebut harus di lewati dengan penuh kehati-hatian sehingga menghasilakan produk ilmu pengetahuan yang memenuhi kriteria keilmiahannnya. Metode ilmiah hanyalah sebuah sistematika yang disusun secara sistematis untuk mempermudah para peneliti untuk menghasilkan suatu ilmu. Karena metode ilmiah hanya berisis susunan secara sistematis bagaimana memperoleh ilmu pengetahuan, maka untuk menerapakan sistematikan tersebut dibutuhkan objek untuk diteliti, sebab kalau tidak ada objek kajiannya sistematika tersebut tidak akan berjalan. Bagaimana dengan pendidikan apakah memiliki objek? Jelas pendidikan memiliki objek sebagai garapannya yaitu manusia (objek formal). Selain manusia sebagai objek formal, penyelidikan tentang aktivitas manusia dalam pendidikan juga menjadi hal penting seperti bagaimana cara mendidik manusia (metode dan strategi pembelajaran), siapa yang mendidik manusia (guru), materi apa saja yang terkandung dalam pendidikan (kurikulum), bagaimana mengelola aktivitas pendidikan (administrasi) dan objek-objek kajian materil lainnya yang dapat dikaji dalam pendidikan.

Kemudian suatu objek atau kajian tersebut juga harus memiliki tujuan yang jelas agar mudah untuk menentukan Langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Pendidikan secara jelas memiliki tujuan. Tujuan pendidikan tertulis secara jelas dalam bentuk formal di Undang-undang system pendidikan nasional. Kemudian juga beragam pendapat yang menjelaskan tujuan pendidikan mulai dari sudut panang filosofis, antroplogis, sosiologis maupun psikologis. Kesamaan sudut pandang dari semua ini yaitu memiliki tujuan yang sama yaitu bagaimana pendidikan yang dapat memanusiakan manusia dengan menstimulasi semua potensi yang ada pada manusia sehingga membentuk manusia yang paripurna (insan kamil).

Hakikat suatu ilmu juga dapat dilihat dari sudut internal yaitu harus memiliki kejelasan dari ontology, epistemology dan juga akasiologinya (Qadir, 1995:vii). Ontology pendidikan mempertanyakan tentang hakikat pendidikan, tujuan pendidikan, cara mencapai tujuan (Sutrisno, 2014:103). Ontology pendidikan secara singkat sudah dibahas dibagian atas. Kemudian epsitemologis pendidikan yaitu membicarakan tentang sumber-sumber pendidikan dan metodologi dalam pendidikan. Sumber munculnya pendidikan  bisa didasarkan pada sudut pandang terhadap manusia yaitu makhluk yang berakal (homo sapiens) dan berbudaya (homo humanus). Jadi secara epistemologis pendidikan sudah memenuhi syarat karena tidak kehilangan sumber munculnya pendidikan yaitu akal manusia yang terus berkreasi mencipatkan hal-hal baru dan menjadi suatu budaya. Dan yang ketiga yaitu aksiologi. Aksiologi pendidikan yaitu berbicara tentang nilai (value) atau manfaat dari pendidikan. Peranan pendidikan seperti yang dikemukakan diatas jelas bahwa pendidikan memliki peran yang sangat penting dalam proses perjalanan manusia. Bahkan Emmanuel Kant menyatakan bahwa man can become mann trhough education only. Sedemikian pentingnya peranan pendidikan sehingga manusia dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa berdasarkan kriteria-kriteria ilmu dan penjelasan secara secara singkat dari kriteria-kriterisa tersebut maka bisa dipastikan bahwa pendidikan memenuhi syarat dikategorikan sebagai suatu ilmu, sehingga bisa dikatakan sebagai ilmu pendidikan.

Ilmu pendidikan secara universal bukanlah suatu ilmu yang mandiri, artinya ada peran serta ilmu-ilmu lainnya yang menopang adanya ilmu pendidikan. Ilmu-imu seperti filsafat, sosiologi, atropologi dan psikologis bahkan neuro science ikut menopang ilmu pendidikan. Walaupun demikian ilmu pendidikan sebagai ilmu memiliki objek dan kajian tersendiri secara spesifik sehingga kriteria sebagai ilmu yang berdiri sendiri dengan objek kajian yang spesifik sudah memenuhi persyaratan. Namun demikian seperti yang dikemukakan diawal bahwa munculnya ilmu pendidikan kuat relasinya dengan keberadaan keilmuan lainnya.

Filsafat sebagai dasar suatu ilmu juga mewarnai ilmu pendidikan beragam sudut pandang dimuncukan dari filsafat mulai dari hakikat manusia (empirisme, nativisme, humanisme dll). Sehingga dari pandangan filsafat yang beragam ini memunculkan dasar pendidikan yang sampai sekarang filsafat digunakan sebagai landasan pendidikan.

Kemudian sosiologi dan antropologi kedua ilmu ini juga berperan besar memunculkan ilmu pendidikan. Bagaimana manusia bersosialisasi satu dengan yang lainnya kemudian menciptakan budaya yang menjadi ciri khas dari suatu peradaban manusia yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya seperti binatang. Dinamika kehidupan manusia yang sangat dinamis dengan beragam budaya yang ada didalamnya mengisyaratkan perlu adanya strategi untuk terus mempertahankan dinamika dan budaya yang ada maka pendidikan menciptakan suatu kegiatan transmisi budaya (transfer of knowledge) sebagai usaha untuk melestarikan esksistensi budaya yang telah di cipatakan (create) generasi sebelumnya.

Psikologi dan neurosains kedua ilmu ini cenderung baru karena baru muncul sekitar abad 19. Walaupun dalam kelompok keilmuan yang relative baru, psikologi dan neurosains memiliki peranan besar dalam ilmu pendidikan di era sekarang ini. Aktivitas pendidikan berupa kegiatan stimulasi potensi peserta didik harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Informasi tentang perkembangan kognitif anak dapat diperoleh dari hasil-hasil kajian psikologi perkembangan anak yang merupakan cabang dari psikologi. Misalnya yang popular yaitu perkembangan kognitif Piaget (sensorimotor, pra operasional, operasional konkrit dan formal operasional). Begitupula neurosains memberikan kontribusi besar terhadap pendidikan dengan ditemukannya belahan otakan manusia yang memiliki karaktersitik unik (belahan otak kiri dan kanan) dan yang lebih mengesankan yaitu otak berkembang secara cepat pada usia 2 tahun. Ternyata 70% perkembagan otak manusia terjadi pada usia dini. Ditemukannya hasil penelitian ini memberikan pengaruh besar terhadap kebijakan pendidikan anak usia ini.

Penjelasan diatas menunjukan bahwa ilmu pendidikan (paedagogi) memiliki relasi yang sangat kuat dengan keberadaan ilmu-ilmu lainnya. Hasil-hasil riset yang ditemukan dari objek atau kajian ilmu lainnya diluar ilmu pendidikan memberikan informasi yang sangat penting untuk terus meningkatkan kualitas praktik pendidikan.

                Kata revoluasi industry 4.0 diperkenalkan pertama kali oleh seorang kanselir Jerman yaitu Angela Merkel dalam forum ekonomi dunia tahun 2015. Revolusi 4.0 ditandai dengan pemanfaatan teknologi digital secara besar-besaran di hampir seluruh sector kehidupan manusia termasuk didalamnya sector pendidikan. Penggunakan secara menyeluruh teknologi informasi dan komunikasi pada sector pendidikan dipicu oleh munculnya pandemic covid-19 awal tahun 2020 yang melarang semua aktivitas pendidikan dilakukan secara tatap muka disekolah dan kegiatan pendidikan semuaya dialihkan ke rumah. Untungnya teknologi yang mendukung untuk aktivitas pembelajaran di rumah sudah tersedia walaupun masih banyak kelemahan-kelamahan yang dipertanyakan oleh banyak para pemerhati pendidikan dalam hal kualitas pendidikan jarak jauh. Menyikapi masalah-masalah yang banyak dipertanyakan tentang praktik pendidikan jarak jauh di era covid-19 sekarang ini saya berpandangan bahwa proses pembelajaran jarak jauh yang sekarang dilakukan di semua jenjang pendidikan masih terbilang baru atau baru seumur jagung, jadi sangat mungkin masih banyak kekurangan-kekurangan yang muncul dalam praktik pendidikan jarak jauh. Saya berkeyakinan bahwa semua ada prosesnya untuk menuju kearah yang lebih baik, termasuk didalamnya proses pendidikan dengan menggunakan pendidikan jarak jauh (distance learning).

                Kehidupan ini terus berubah seiring perkembangan waktu. Tidak ada yang statis dalam kehidupan termasuk didalamnya praktik pendidikan dengan beragam dinamikanya pendidikan terus mengalami perubahan. Jadi praktik pendidikan yang ada saat sekarang ini yaitu pendidikan jarak jauh menjadi suatu keniscayaan. Suka atau tidak suka perubahan pendidikan ini sudah terjadi, pendidikan sudah bergeser kearah yang seperti terjadi sekarang ini. Pro dan kontra atas perubahan yang ada merupakan sesuatu yang biasa terjadi pada setiap perubahan yang ada. Yang perlu dipikirkan sekarang adalah menyempurnakan praktik pendidikan yang ada saat sekarang ini agar kekurang-kekurangan yang ada bisa segera diperbaiki.

Sunday, July 19, 2020

Disiplin Pada Anak

Strategi Mendisiplinkan Anak
Oleh: Icam Sutisna

Setiap orang tua tentunya menginginkan anaknya menjadi anak yang baik, sehingga beragam cara dilakukan orang tua untuk menjadikan anaknya baik. Sudut pandang anak baik, bagi orang tua beragam namun demkian tentu semua sepakat bahwa baiknya seorang anak bagi orang tua yaitu anak yang penurut atau manut. Jika semua perintah atau permintaan orang tua diikuti oleh anak cenderung masuk katergori baik untuk sebagian besar orang tua. Cara pandang seperti inilah yang menuntut orang tua untuk melakukan segala hal agar anaknya mengikuti setiap perintah atau keinginannya. Tidak sedikit orang tua menerapkan disiplin yang ketat agar anaknya menjadi anak yang penurut atau manut dengan segala perintah dan keinginannya (orang tua).
Mendisiplinkan anak dengan aturan yang ketat tidak salah jika aturan tersebut rasional dan tidak melakukan suatu tindakan kekerasan baik fisik maupun verbal. Namun sayangnya tidak semua orang tua melakukan aturan tersebut secara konsisten, terkadang orang tua pada kondisi tertentu terbawa oleh emosi sehingga ruang gerak anak semakin sempit untuk berekspresi bahkan terkadang tidakan kekerasan diberikan kepada anak. Tentu hal ini tidak diinginkan oleh semua pihak termasuk anak sendiri tidak menginginkan hal tersebut.
Dibutuhkan strategi yang tepat untuk mendisiplinkan anak. Ada 2 (dua) strategi yang dapat diterapkan untuk mendisiplinkan anak yaitu strategi pencegahan dan strategi perbaikan (https://bebas.kompas.id/baca/bebas-akses/2020/07/20/keras-bukan-disiplin/). Strategi pencegahan yaitu strategi untuk mendisplinkan anak sebelum anak melakukan kesalahan. Sedangkan strategi perbaikan yaitu strategi yang digunakan untuk mendisiplinkan anak ketika anak telah melakukan kesalahan.
Strategi pencegahan menjadi hal penting yang perlu dilakukan karena pencegahan lebih mudah dilakukan daripada melakukan perbaikan kesalahan yang telah dilakukan anak. Strategi pencegahan agar anak dapat disiplin yaitu dapat dilakukan dengan beragam cara diantaranya yaitu menjalin kelekatan pada anak secara positif, menciptakan lingkungan yang memberikan ruang interaksi anak dengan orang tua secara kondusif, libatkan anak dalam setiap menentukan aturan yang akan dilakukan, orang tua menjadi media untuk membantu perkembangan anak menjadi lebih baik (model).
Strategi Perbaikan tidak kalah penting dengan strategi pencegahan. Apabila anak sudah terlanjur melakukan kesalahan, hal ini juga membutuhkan strategi untuk menanganinya. Kesalahan dalam mengatasi masalah yang dilakukan oleh anak apabila tidak dilakukan dengan tepat akan menjadi permasalah baru baik bagi anak maupun orang tua. Oleh sebab itu strategi pencegahan atas kesalahan yang telah dilakukan anak sangat penting. Berikut ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan pada strategi pencegahan yaitu melakukan teguran, memberikan batasan yang tegas antara mana yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan, mencari masalah yang sesugguh atau akar permasalahannya, memberikan informasi yang logis sesuai dengan kemampuan berpikir anak atas resiko yang telah dilakukannya. Hindarkanlah perilaku kekerasan (fisik dan verbal) untuk menangani kesalahan yang terlah dilakukan anak. Bila perlu ketika anak mengalami kesalahan lakukannya sentuhan kasih sayang dengan cara memeluk erat anak dengan sentuhan penuh cinta, saya yakin anak akan tersentuh dengan apa yang dilakukan orang tuanya. setelah itu jika kondisi anak sudah tenang berikan nasihat atau informai tentang kesalahannya dan konsekuensi dari kesalahanya.


KLIK GAMBAR UNTUK MEMBACA

 


PAUD Merdeka Belajar