Tidak Ada Kata Terlambat Untuk Merubah Diri Menjadi Lebih Baik. Rubahlah semenjak keinginan untuk berubah datang pada hati kita semua, jangan ditunda karena jeda waktu itu akan dimanfaatkan setan untuk membisik hati kita agar niat baik kita untuk berubah ditunda (Icam Sutisna)

Friday, December 30, 2022

Handphone dan Kesulitan Regulasi emosi pada anak usia dini

Handphone dan Kesulitas Regulasi emosi pada anak usia dini

Oleh : Icam Sutisna


Pada masa sekarang ini hampir semua orang memiliki handphone. Barang ini tidak hanya dimiliki oleh orang-orang yang tinggal dikota saja namun orang-orang yang tinggal di pedesaan saja sudah familiar denan handphone. Diakhir tahun 90an dan diawal tahun 2000an mungkin tidak semua orang memiliki handphone. Orang-orang kota dan kelas atas yang memiliki handphone, saya teringat betul pada saat kuliah diakhir tahun 90an tidak semua mahasiswa memiliki handphone, jika dibandingkan sekarang hampir semua mahasiswa memiliki handphone lebih tepatnya smartphone.

Handphone tidak lagi menjadi barang mewah yang hanya dimiliki oleh orang-orang kaya seperti yang digunakan dalam kehidupan para  kaum sosialita. Namun sekarang handphone tidak lagi hanya digenggam oleh kaum sosialita, para ibu rumah tangga yang ada dipedesaan juga sudah menggenggam handphone yang di era tahun 90an hal tersebut tidak mungkin dimilikinya.

Handphone sudah menjadi barang yang wajib ada disetiap saat disaku maupun didalam tas. Tua, muda dan anak handphone sudah menjadi pendamping hidup kemanapun mereka pergi. Hampir semua orang suka dengan handphone dengan beragam peruntukkannya tanpa memandang usia. Handphone bisa menjelma menjadi media penghibur, media bisnis, media bersosialisasi, media pencerah (memberikan pengetahuan), dan bahkan untuk sebagian orang tua handphone dapat menjadi satu alternatif dalam yang dapat digunakan untuk memberikan ketenangan pada anak dalam beraktivitas kesehariannya.

Orang tua sering memberikan perlakukan kepada anak yaitu dengan memberikan handphone untuk memberikan ketenangan kepada anak. Handphone membuat anak asik dengan  apa yang dilihat dan didengarnya dari barang tersebut. Anak mampu bertahan berjam-jam berada di depan layar handphone tentunya ini akan memberikan keuntungan kepada orang tua dimana akativitasnya tidak banyak diganggu oleh anak.

Sepertinya sudah hal yang lumrah handphone menjadi solusi orang tua untuk menenangkan anak agar aktivitasnya tidak dianggu oleh anak. Biasanya anak yang sedang bermain handphone akan asik sendiri dia tidak memperdulikan  lingkungan sekitar karena mereka hanya fokus dengan apa yang dilihat dan didengarnya di layar handphone. Membiasakan anak diberikan handphone agar mereka tenang dan tidak mengganggu aktivitas orang tua ternyata memiliki dua sisi yang tidak sama, di satu sisi orang tua merasa terbantu karena dengan diberikan handphone anak cenderung tenang tidak mengganggu aktivitas orang tua dan disisi lain memberikan dapak negatif pada anak. 

Menurut Jenny Radesky seorang dokter tumbuh kembang anak di Amerika Serikat menyebutkan bahwa pemberian gawai pada anak prasekolah berusia 3-5 tahun meningkatkan diregulasi emosi yang bisa meningkatkan perilaku buru anak dimasa depan. Penggunaan gawai untuk menenangkan anak terlihat tidak berbahaya, bisa mengurangi stres dirumah tangga. Namun, hal ini memiliki konsekuensi jangka panjang. penggunaan gawai menggantikan peluang anak mengembangkan metode regulasi diri.

Penggunaan gawai yang terlalui dini oleh anak akan memberikan dampak negatif seperti perubahan suasana hati yang tiba-tiba dan perilaku impulsif. Dampak negatif lainnya yaitu anak memiliki perilaku hiperaktif dan impulsif, mereka suka marah, frustasi dan sedih yang mendalam. perliku  ini cenderung lebih dominan pada anak laki-laki,


Sumber :

Kompas 31 Desember 2022








Tuesday, December 27, 2022

Pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia

Pengembangan sumber daya manusia menjadi tantangan besar bagi Indonesia kedepannya. Indoesia diperkirakan akan mendapatkan Bonus demografi yang tentunya ini akan menjadi modal besar bagi Indonesia untuk take off menjadi negara maju. Bonus demorafi yang notabene banyaknya usia penduduk Indonesia yang produktif tentunya akan menjadi suatu keuntungan namun disisi lain apabila usia produktif ini tidak dikelola dengan baik bukan hal yang mustahil ini akan menjadi beban bagi negara. Oleh karena itu mulai dari sekarang perlu diperhatikan agar usia produktif betul-betul menjadi modal bagi Indonesia menjadi negara maju. Hal yang perlu diperhatikan agar usia produktif agar menjadi suatu kekuatan bangsa ini yaitu pendidikan. Pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan sangat penting untuk mendukung bonus demografi ini. melihat data yang ditulis di harian kompas tanggal 28 Desember 2022 oleh M Zaid Wahyudi menunjukan bahwa kualitas SDM Indonesia secara umum memiliki rata-rata yang masih jauh tertinggal dari negara-negara lain. 
Berikut ini tulisan M Zaid yang di kutip dari kompas bes

Tuesday, September 13, 2022

Jakarta dari atas hotel yuan garden pasar baru

Hari ini merupaan hari ketiga kegiatan di hotel Yuan Garden pasar baru dan telah dua malam menginap dihotel tersebut. Walaupun aktivitas meeting cukup padat namun dengan suasana ruangan hotel yang sangat nyaman dan juga pemandangan dari lantai 23 sangat menarik hal ini setidak dapat mengurangi rasa letih dan penat selama mengikuti kegiatan. Dari lantai 23 kamar 2316 disajikan pemandangan kota Jakarta yang terselimuti kabut putih tipis terlihat dari luar jendela kamar Mesjid Istqlal, Tugu Monas (Monumen Nasional) dan juga terlihat gedung pertamina. Hal ini seperti terlihat yang ada pada photo dibawah ini. Gambar ini diambil pada tanggal 14 September 2022 jam 06.40 pagi hari.


Kegiatan meeting mulai dari tanggal 12-14 September 2022. Perjalan untuk mengikuti kegiatan ini dimulai dari kota Gorontalo menuju jakarta. Perjalanan Gorontalo - jakarta menggunakan pesawat Garuda penerbagan jam 12.00 siang waktu Gorontalo. Alhamdulillah selama dalam penerbangan cukup tenang walaupun terkadang ada sedikit getaran yang rasakan didalam pesawat namun secara keseluruhan penerbangan siang itu cukup baik. Sekitar 2 jam-an penerbangan Gorontalo - Jakarta tanpa transit di Makasar. Maskapai Garuda untuk penerbangan Gorontalo - Jakarta dan juga sebaliknya melakukan penerbangan langsung tanpa transit (direct), sehingga hal ini mempercepat perjalanan menuju Jakarta. sekitar jam 13.40 WIB (14.40 WITA) kami sudah berada di airport Soekarno Hatta di Cengkareng Tangerang. Perjalanan dilanjutkan menuju tempat penginapan di Hotel Yuan Garden Pasar Baru. perjalanan Bandara Soekarno ke Hotel Yuan Kurang lebih satu jam. setelah sampai di hotel kami cek in dan menempati kamar 2316, Alhamdulillah kamar tersebut langsung berhadapan dengan ruang lift sehingga tidak perlu jalan terlalu jauh menuju kamar. Kamar yang ditempati cukup luas, kamar tidur dan ruang kerja terpisah.


Hari ini tanggal 14 September 2022 jam 12.00 WIB kami harus cek out dari hotel. 

Tuesday, June 28, 2022

Scaffolding

 

Guru menstimulasi kemampuan anak dalam proses pemecahan masalah

 

Pada butir 8 (delapan) terdiri dari 4 (empat) indicator. Dari keempat indicator tersebut terdapat satu indicator yang menanyakan tentang Scaffolding yaitu indicator ketiga. Bunyi kalimat Pada indicator tersebut yaitu “Memberikan dukungan (scaffolding) kepada anak untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi”.

            Istilah scaffolding digunakan oleh Vygotsky untuk menunjukan bahwa anak untuk mencapai tingkat keterampilan atau kematangan pada setiap aspek perkembangan tertentu  dibutuhkan adanya peran orang lain untuk membantu anak untuk mencapai tingkat perkembangan tersebut. Orang lain disini bisa diartikan orang dewasa ataupun teman sebaya yang memiliki kemampuan diatas anak tersebut.

            Vygotsky sendiri merupakan seorang psikologi dari Rusia. Seperti halnya Piaget, Vygotsky menjelaskan bagaimana proses berkembangnya kognitif pada anak atau menjelaskan bagaimana cara anak memperoleh pengetahuannya. Pandangan-pandangan seperti ini dikenal dengan teori konstruktivisme. Kedua tokoh konstruktivis yaitu Piaget dan Vygotsky memiliki sudut pandang yang sama didalam memahami proses perkembangan anak misalnya kedua tokoh tersebut sependapat bahwa anak secara aktif mengkosntruk pengetahuannya melalui interaksi anak dengan lingkungannya. Namun demikian pada bagian-bagian tertentu mereka memiliki sudut pandang yang berbeda misalnya Piaget lebih cenderung anak secara aktif mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi secara langsung dengan lingkungan fisik. Sedangkan Vygotsky lebih cenderung ada intervensi orang, unsur budaya, kepercayaan  dalam proses anak mengkonstruksi kognitif. Makanya dibeberapa literatur disebutkan bahwa Vysgotsky menganut teori social kultural atau juga ada yang menyebutnya teori social cognitive.

            Ada 2 (dua)  komponen dasar yang harus dipahami dari teorinya Vygotsky yaitu ZPD (Zone of Proximal Development) dan Scaffolding. ZPD merupakan suatu konsep yang menjelaskan bahwa dalam proses perkembangan anak usia dini terdapat zona dimana anak dapat mencapai zona tersebut dapat dilakukan oleh anak tanpa bantuan orang lain. Namun ada juga zona dimana anak untuk mencapainya zona tersebut dibutuhkan bantuan orang  lain. Misalnya untuk mempelajari pengetahuan yang lebih tinggi anak membutuhkan orang lain untuk membantunya. Misalnya  dalam proses penyelesaian masalah seperti masalah konsep konservasi. Orang lain (orang dewasa, teman sebaya) yang membantu anak untuk mencapai zona tertentu untuk meningkatkan pengetahuanya istilah Vygotsky disebut dengan Scaffolding

            Scaffolding menjadi salah satu instrument yang dibisa digunkan untuk membantu anak mencapai perkembangan yang optimal. Oleh karena Vygotsky melibatkan orang lain atau lingkungan social  dalam proses anak mengkonstrksi pengetahuanya maka tidak bisa dihindarkan adanya interaski social antara anak dengan lingkungan sosialnya oleh sebab itu Vygotsky memandang bahwa Bahasa memiliki peran penting dalam perspektif untuk memahami perkembangan anak. Kenapa Bahasa menjadi unsur penting dalam pandangan Vygostky karena untuk berinteraksi dengan lingkungan social tentu harus ada komunikasi. Sedangkan komunikasi hanya bisa terjadi melalui alat yang Namanya Bahasa.

Sunday, February 13, 2022

Kesiapan anak belajar

KESIAPAN ANAK DALAM BELAJAR

Oleh: Icam Sutisna

 

Orang-orang yang bergelut dalam dunia pendidikan anak usia dini tentu mengetahui bahwa tujuan pendidikana anak usia dini diantaranya yaitu agar anak memiliki kesiapan belajar pada saat anak masuk ke jenjang pendidikan dasar yaitu masuk Sekolah Dasar (SD). Kesiapan anak (child readiness) untuk masuk Sekolah Dasar yaitu usia 7 tahun hal ini seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa usia anak sekolah dasar yaitu usia 7 tahun. Ini artinya pada usia tersebut anak sudah siap secara fisik dan mental untuk belajar secara formal di sekolah dasar. Anak siap untuk mempelajari pelajaran yang ada di sekolah dasar seperti matematika, memabaca maupun bahasa asing. 

Rentang pendidikan anak usia dini  yaitu usia 0 - 6 tahun. Rentang usia ini kadang menimbulkan permasalahan bagi sekolah khususnya Sekolah Dasar. Seperti yang dikemukakan diatas bahwa usia masuk sekolah dasar yaitu usia 7 tahun. Lalu bagaimana jika anak yang telah lulus pendidikan anak usia dini namun usianya belum genap usia 7 tahun atau lebih. Hal ini sering menjadi kegelisahan dari para orang tua maupun guru yang ada di sekolah dasar. Jika anak yang telah lulus pendidikan anak usia dini namun usianya belum genap 7 tahun pada saat mendaftar di sekolah dasar terkadang sering ada penolakan dari sekolah atas dasar usia anak belum mencapai 7 tahun, sebab berdasarkan Undang-undang usia masuk sekolah dasar yaitu usia 7 tahun.

Lalu bagaiamana menghadapi kondisi seperti ini, banyak sekolah yang memiliki inisiatif yang cukup baik untuk keluar dari permasalahan ini yaitu dengan cara melihat kesiapan anak untuk belajar (child readiness). Apabila anak yang usianya belum genap 7 tahun sedangkan sudah menyelesaikan pendidikan anak usia dini dan mendaftar disekolah dasar maka bisa dilihat dari kesiapan anak untuk belajar. Pada dasarnya pendidikan anak usia dini dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yaitu suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Berdasarkan penjelasan ini tegas bahwa tujuan pendidikan anak usia dini membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut yaitu pendidikan dasar. 

Kesiapan anak (child readiness) untuk belajar menjadi pertimbangan bagi sekolah untuk menerima peserta didik yang usianya belum genap tujuh tahun. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2018 tentang penerimaan peserta didik disebutkan bahwa jika peserta didik masih berusia enam tahun atau bahkan dibawah usia tersebut maka diantara pertimbangnya yaitu kesiapan anak secara psikis. Kesiapan psikis diantaranya yaitu ketertarikan anak dalam mengikuti kegiatan belajar.

Bagaimana mengetahui anak memiliki kesiapan untuk belajar secara formal di sekolah dasar. Menurut Elizabeth B.Hurlock (1972: 34) dalam buku Perkembangan Anak (Child Development) ada 3 (tiga) ciri anak memiliki kesiapan untuk belajar akademis pelajaran yang ada di sekolah dasar yaitu

1.      Ketertarikan dalam belajar (Interest in learning). Anak menunjukkan minatnya dengan keinginannya      untuk diajar atau untuk mengajar dirinya sendiri.

2.      Ketertarikan yang berkelanjutan (Sustained interest). Ketika seorang anak siap untuk belajar, minatnya akan tetap ada bahkan ketika ia menghadapi rintangan dan halangan.

3.      Peningkatan (Improvement). Dengan latihan, anak yang siap belajar akan menunjukkan peningkatan walaupun hanya sedikit dan bertahap.

 

 

Sumber :

Elizabeth B. Hurlock. 1972.  Child Development. Mc.Graw-Hill. New York

Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2018         Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-                Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah            Kejuruan, Atau Bentuk Lain Yang Sederajat

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. 

 

Monday, February 7, 2022

TEKNOLOGI PENDIDIKAN

 

IDE TERBENTUKNYA  TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Oleh : Icam Sutisna

 

Secara pasti tidak ada seorang pun yang mengetahui, siapa orang yang pertama mengatakan “teknologi pendidikan”. Paul Saettler (1990) mengakui memiliki kesulitan untuk mengidentifikasi sumber dari istilah teknologi pendidikan. Saettler pada tahun 1920an mendokumentasikan penggunan kata “educational engineering” atau jika diterjemahkan menjadi Teknik pendidikan. Penggunaan istilah teknologi pendidikan dan teknologi pembelajaran ia temukan sekitar akhir 1940an. Saettler tidak mengatakan secara pasti  siapa orang yang kali pertama menggunakan kata “teknologi pendidikan”. Namun menurut David Noble (1977) kata “teknologi” mulai dipopulerkan di Amerika oleh seorang ahli fisika pada tahun 1829 yaitu Jacob Bigelow.

Noble melakukan analisis risalah yang dibuat oleh Bigelow tentang teknologi industry dimana didalamnya terdapat poin-point berikut ini.

1.      Penggunaan teknologi dapat meningkatkan efesiensi untuk mendapatkan keuntungan

2.      Teknologi termasuk didalmnya yaitu penyelidikan ilmiah dan penerapan secara sistematis pengetahuan ilmiah untuk proses produksi komoditas

3.      Teknologi adalah hasil dari "penelitian dan pengembangan" yang dilakukan secara ekstensif

4.      secara langsung dan jelas penerapan ilmu pengetahuan untuk produksi massal produk yang berstandar.

Berdasarkan hasil analisanya, Noble mengajukan pertanyaan terkait dengan hasil analisanya tersebut. Pertanyan yang muncul diantaranya yaitu apakah ada hubungan antara teknologi industry dengan teknologi pendidikan? Mengapa teknologi pendidikan diperlukan? Dan seperti apa program pendidikan berbasis teknologi?. Ada keterkaitan yang kuat antara teknologi industry dan teknologi pendidikan yang muncul pada awal abad 20 (Finn, 1957; Heinich 1984). Secara bahasa dan konseptual teknologi pendidikan meminjam terminology dan gambaran dari teknologi industry. Konsep yang digunakan didalam teknologi industry seperti efesiensi, standarisasi dan produksi diperkenalkan juga pada awal abad 20 dibidang pendidikan. Untuk menunjukan eksistensi keterkaitan dari keduanya ini, maka harus dicari ide-ide yang mempengaruhi dan membentuk pemikiran yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan teknologi pendidikan sebagai suatu bidang studi. Ada tiga ide-ide yang terlihat mempengaruhi terbentuknya teknologi pendidikan yaitu engineering (Teknik), Science (ilmu pengetahuan) dan perkembangan audio visual dalam pendidikan.

1.   Engineering (Teknik).

Menurut Noble, istilah engieenering Digambarkan suatu Tindakan penelitian dan pengembangan dan usaha meletakan teknologi sebagai hasil dari penelitian dan pengembangan kedalam praktek industry. Menurut Saettler (1990) konsep Education engineering kali pertama digunakan oleh Franklin Bobbitt dan W.W. Charters sekitar tahun 1920an, yang menjadi suatu pendekatan dalam pengembangan kurikulum. Pendekatan ini belum diterapkan dalam pengembangan kurikulum pendidikan, karena system pendidikan di Amerika telah menerapkan prinsip-prinsip manajemen saitifik dalam proses pendidikan sebelum pendekatan education engineering diterapakan di Amerika. James Munroe (1912) menggunakan anlogi industry untuk menjalankan operasional sekolah. Berikut ini prinsip sekolah yang mengadopsi manajemen saintifik yang ada di industry yaitu :

1.      Anak merupakan material mental dalam urusan pendidikan

2.      gedung dan fasilitas lain untuk mengajar, yang membentuk pabrik

3.      dewan sekolah dan staf pengajar, yang sesuai dengan direktorat dan angkatan kerja

4.      sarana dan metode pengajaran dan pengembangan

5.      tuntutan masyarakat pada umumnya dan industri pada khususnya terhadap anak laki-laki dan perempuan, hal ini sesuai dengan masalah pasar

6.      pertanyaan tentang biaya, yang hampir murni masalah bisnis.

Menurut Munroe setiap permasalahan yang muncul dalam bidang pendidikan dapat dipandang juga sebagai suatu masalah yang biasanya muncul pada produksi industry. Education engineering dengan menggunakan prinsip manajemen saintifik (scientific management) dalam pengelolan sekolah yang merupakan adopsi penerapan nilai-nilai manajemen yang ada di industry. Tujuan penerapan manajemen dalam suatu produksi di dalam industry yaitu efesiensi sehingga dapat memberikan keuntungan secara materi (profit). Hal serupa juga dalam penerapan prinsip manajemen saintifik yang ada disekolah yang merupakan penerapan nilai-nilai manajemen yang ada di industry maka tujuan pendidikan yaitu menghasilkan kekayaan (wealth).

2.      Ilmu Pengetahuan (science)

Factor kedua yang mepengaruhi munculnya teknologi pendidikan yaitu penggunaan sains dalam pendidikan. Menurut Herbert M. Kliebard (1987) menyebutkan ada tiga pandangan terkait sains dalam pendidikan diawal abad 20, yaitu pertama mengidentifikasi dan mempelajari perkembangan anak. Tokoh yang memiliki pandangan ini yaitu G. Stanley Hall, menurutnya bahwa guru harus mempelajari anak langsung dilingkungan dimana anak berada (natural environment), kumpulkan dan analisis data anak-anak tersebut dan kemudian tentukan aktivitas-aktivitas pendidikan mereka berdasarkan data tersebut. ini artinya kegiatan pembelajaran anak berdasarkan kebutuhan anak yang ditemukan dari hasil Analisa data berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh guru. Kedua John Dewey penyelidikan secara ilmiah (scientific inquiry) sebagai model berpikir reflektif. Dewey tertarik penggunaan kata sains (science) sebagai model untuk mengajarkan keterampilan berpikir kepada siswa. Penggunan basis sains dalam pelaksanan pembelajaran  bisa digunakan sains sebagai metode pembelajaran maupun sains sebagai materi pelajaran yang diajarkan. Ketiga sains dapat melakukan pengukuran secara presisi dan juga memiliki standar yang tepat. Misalnya dalam hal melakukan prediksi dan control hasil belajar, sains memiliki peran dalam kegiatan tersebut.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas Finn (1960) memformulasikan bidang teknologi pendidikan berdasarkan tujuan sains dalam pendidikan yaitu prediksi, control dan standarisasi.

3.      Audiovisual dalam pendidikan (audiovisual education)

Factor ketiga yang berpengaruh terhadap teknologi pendidikan yaitu audiovisual. Konsep audiovisual dalam pendidikan tidak di interprestasikan secara luas seperti halnya engineering dan sains (science). Menuruut Finn (1960) Konsep awal audiovisual dalam pendidikan yaitu terkait dengan perangkat keras (hardware) dan peralatan (equipment). Kemudian audiovisual dalam pendidikan berkembang menjadi konsep audiovisual communication, inilah yang menjadi definisi atau terminology teknologi pendidikan yang dibuat oleh Departemen pembelajaran audiovisual (Departement of audiovisual instruction/DIVA) yang kemudian berkembang menjadi asosiation educational communication and technology (AECT). Menurut Donal Ely (1963) bahwa audiovisual menjadi teknologi pertama dalam pendidikan. Audiovisual yang awalnya hanya sebagai alat atau perangkat keras untuk membantu pengajaran beralih orientasinya menjadi audiovisual menjadi sebuah Teknik yang digunakan untuk memperbaiki pembelajaran (Mcbeath, 1972). Menurut Saettler (1990) ada dua orang yang berperan penting dalam perubahan orientasi ini yaitu Charles F. Hoban, Jr. dan Edgar Dale.

Bantuan visual seperti gambar, model, objek atau alat-alat lain yang menciptakan pengalaman visual yang konkret pada siswa memiliki tujuan yaitu :

1.      mengenalkan, membangun, memperkaya, atau memperjelas objek yang abstrak.

2.      Mengembangkan sikap keinginan

3.      Menstimulasi aktivitas pembelajar

 

Sumber :

Alan Januszewski. (2001). Educational Technology The Development of a Concept. Englewood: Libraries Unlimited, Inc.

 

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBACA

 


PAUD Merdeka Belajar